Hari Terakhir Jadi Anak SMP

Hari ini adalah hari terakhir aku menjadi anak SMP. Sekarang waktunya aku masuk ke petualangan lain bernama SMA. Sebelum memasuki SMA ada banyak proses yang telah aku lewati selama 3 tahun terakhir dan di post ini aku akan menceritakannya.

Saat hari pertama di SMP, aku mengikuti acara bernama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Acara itu bertujuan untuk membangun kedekatan dengan teman-teman satu sekolahku melalui perkenalan diri, school tour, dan lomba. Karena lomba yang diadakan bersifat berkelompok, aku jadi bisa belajar untuk berinteraksi dengan teman baruku.

SMPku memiliki beberapa ekstrakulikuler yang menyenangkan, aku tertarik untuk mengikuti ekstrakulikuler Tonti (Pelton Inti). Tonti adalah ekstrakulikuler yang kegiatan utamanya baris-berbaris. Melalui Tonti aku dapat melatih kedisiplinan, tanggung jawab, dan manajemen waktu.

Pelatihan Tonti bagiku cukup "keras" karena pelatih Tontiku galak, latihan diadakan saat terik matahari sangat menyengat, tempat latihan sangat berdebu, dan jika aku melakukan kesalahan sedikit saja aku bisa mendapatkan hukuman. Tapi justru kesulitan itu yang membantu agar anggota Tonti memiliki mental dan tubuh yang kuat.

Untuk pertama kalinya, peltonku mengikuti lomba yang diselenggarakan di Stadion Mandala Krida. Namun di lomba ini peltonku belum bisa menggunakan kostum Tonti karena kostum di sekolahku belum memadai, sehingga kami hanya menggunakan seragam Osis. Di angkatan sebelum angkatanku juga pernah menggunakan seragam Osis dan mereka bisa memenangkan lombanya, kemenangan mereka lah yang memotivasi peltonku agar tetap semangat mengikuti lomba Tonti walau tidak menggunakan kostum khusus. Beruntungnya, di perlombaan berikutnya peltonku bisa menjajal kostum Tonti yang sudah kami ingin-inginkan. Tidak aku sangka ternyata kostum ini membuat semangat kami membara hingga bisa meraih juara 1.

Saat sedang senang-senangnya mengikuti kegiatan sekolah dan sebentar lagi aku naik kelas 8, tiba-tiba ada wabah yang menyebar bernama Covid-19. Sekolahku berencana untuk meliburkan seluruh kegiatan sekolah selama 2 minggu, awalnya aku dan teman-temanku sangat senang karena bisa liburan lebih awal. Tapi ternyata sekolah dilanjutkan secara daring. Pembelajaran jarak jauh terasa menyenangkan, namun terkadang terasa kurang menyenangkan. Yang membuatku senang dengan pembelajaran daring adalah aku jadi bisa lebih santai saat belajar, jam masuk sekolah lebih siang sehingga bisa tidur lebih lama, dan mengerjakan tugas jadi lebih efisien karena tidak ditulis di kertas. Sedangkan yang menjadikan pembelajaran jarak jauh kurang menyenangkan adalah aku jadi tidak bisa bermain dengan teman-temanku secara tatap muka, kuota internet lebih cepat habis karena digunakan untuk online meeting dengan guru, beberapa materi yang diberikan guru sulit untuk dimengerti, dan ada guru yang hanya memberi tugas tanpa materi.

Karena sekolah sedang dilakukan secara daring, aku jadi punya lebih banyak waktu luang. Aku menyadari bahwa aku tidak bisa menyiapkan masa depanku hanya dengan bersekolah, maka dari itu waktu luang ini aku gunakan untuk menyiapkan masa depanku selain dengan bersekolah. Saat itu aku masih bingung harus menyiapkannya dengan bagaimana, lalu aku kepikiran untuk memperdalam pengetahuanku tentang coding. Aku mulai memperbanyak membaca dokumentasi tentang HTML, CSS, dan JavaScript, namun aku belum tau ingin membuat apa untuk mempraktikkan hasil belajarku.

Hingga disuatu hari, aku dan kakakku menonton berita yang sedang meliput kasus penyalahgunaan data pribadi berupa scan KTP. Lalu aku kepikiran cara untuk memberi penanda pada scan KTP sehingga ketika scan KTP digunakan untuk suatu kepentingan, scan KTP tersebut memiliki atribut yang berguna jika terjadi kebocoran data. Dari situ aku mendapatkan ide untuk membuat aplikasi sederhana yang dapat mempermudah penambahan penanda pada scan KTP. Aku mulai mencoba-coba membuat protopie dari aplikasi yang aku beri nama "Watermark KTP" dengan bantuan dokumentasi yang aku temukan di Internet. Agar scan KTP yang diberi penanda tidak keluar dari perangkat yang digunakan dan tetap terjaga keamanannya, Watermark KTP bersifat single-page application sehingga semua proses yang dijalankan di Watermark KTP dilakukan di sisi klien.

Setelah Watermark KTP bisa dipublikasi, aku membuat thread di Twitter tentang penjelasan alat pengaman KTP ini. Waktu aku bangun tidur di pagi hari, aku sangat terkejut ketika mengetahui ada ratusan like di thread-ku. Tidak aku sangka ternyata banyak orang yang memberi tanggapan tentang Watermark KTP, hingga sekarang bisa mendapatkan 17.6 ribu likes di Twitter. Aku juga mengunggah kode Watermark KTP ke media sosial coding, GitHub. Aku banyak mendapatkan bantuan dalam pengembangan fitur Watermark KTP melalui GitHub karena di media sosial ini kita bisa berkolaborasi mengembangkan software. Fitur yang aku kembangkan bersama teman-teman kontributor di GitHub adalah fitur reset functionality, rotasi teks, posisi teks, dan draggable teks.

Thread Watermark KTP

Tidak lama setelah aku Tweet Watermark KTP, ada media berita yang mengulas Watermark KTP untuk pertama kalinya yaitu Mojok.co. Disusul dengan media berita yang lainnya seperti detik.com, Kompas.com, CNN Indonesia, Tech in Asia, Narasi Newsroom, dan Brilio.net. Kebanyakan media berita yang mengulas Watermark KTP mewawancaraiku dengan tertulis. Tapi di Narasi Newsroom dan Brilio.net aku diwawancarai secara lisan, ini adalah wawancara lisan pertama kaliku. Karena Watermark KTP, aku bisa diundang menjadi bintang tamu di podcast Ceritanya Developer yang di host oleh Mas Riza Fahmi. Selain itu, followers di Twitterku mulai bertambah sehingga aku tergerak untuk membuat Tweet tentang building products, marketing, solving technical challanges, tips & tricks khususnya di JavaScript, HTML, and CSS.

Aku mendapatkan ide untuk menerapkan 5W 1H (What, Who, Why, When, Where, dan How) pada pengembangan project. Lalu aku membuat thread mengenai ideku ini. Aku tak menyangka threadku bisa mendapatkan 24.1 ribu likes dan 4.6 ribu retweets. Melihat potensi tinggi di Twitter aku menggunakan Twitter sebagai  jurnal dan media publikasiku.

Sudah lebih dari 1 tahun aku sekolah secara daring, rasanya begitu bosan harus di rumah terus. Aku sudah kangen bertemu, mengobrol dan tertawa bersama temanku. Beruntungnya, di pertengahan kelas 9 sekolahku mulai melakukan pembelajaran tatap muka. Aku sangat bersemangat ketika berangkat ke sekolah untuk bertemu lagi dengan teman dan guruku. Tiap pulang sekolah aku bersenang-senang dengan temanku di warung depan sekolahku, kami mengobrol tentang banyak hal. Namun kesenangan ini tidak bertahan lama karena kasus paparan Covid-19 meningkat kembali dan sekolah dilaksanakan secara daring lagi. Hari demi hari penularan virus Covid-19 berkurang dan sekolahku mulai bisa melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka.

Saat semester 2 mulailah banyak latihan ujian dari sekolah. Sekarang UN telah ditiadakan, maka gantinya adalah Asesmen Daerah (AD) dan tiap bulan terdapat Pemantapan Persiapan Asesmen Daerah (PPAD). Aku agak kesusahan saat melaksanakan PPAD dan AD, soal-soal yang diberikan sulit dan perlu ketelitian untuk menemukan jawabannya. Saat itu aku sedang mengikuti ekstrakulikuler musik juga, sehingga fokusku menjadi terbagi-bagi.

Di ekstrakulikuler musik dibentuk sebuah band yang terdiri dari drum, bass, gitar, dan piano. Aku tertarik untuk menggunakan gitar. Awalnya lagu yang dipelajari adalah lagu-lagu nasional, aku memilih lagu "Tanah Airku" untuk dipelajari. Lagu ini dinyanyikan bersama ekstrakulikuler paduan suara dan 1 penyanyi utama laki-laki. Yang membuat ekstrakulikuler ini semakin seru adalah setiap selesai latihan aku dan teman-teman bandku mengulik lagu bersama. Tapi terkadang oleh guru pembimbing ekstrakulikuler musik tidak dibolehkan untuk latihan sendiri.

Hasil latihan musik yang aku lakukan akan ditampilkan dalam gebyar talenta sekolahku. Acara ini hanya rekaman dan dipublikasi di YouTube sekolahku. Masih ada penampilan satu lagi yaitu pada saat wisuda. Persiapan musik untuk wisuda sangat seru karena aku dan teman-teman bandku dibolehkan untuk berlatih sendiri di ruang musik, jadi kami bisa mengulik banyak lagu, bernyanyi bersama-sama, bercanda, dan foto bareng.

Tibalah hari terakhir aku menjadi anak SMP, hari wisudaku. Saat bangun tidur aku langsung bersiap-siap berangkat sekolah ditemani ibuku. Tapi ketika aku tiba di sekolah, ternyata bass dan gitar belum ditata di panggung, tempat untuk aku dan teman-teman bandku tampil. Aku langsung mencari temanku untuk membantu menyiapkan alat musik itu. Saat acara berlangsung, aku khawatir memikirkan hasil nilai ujianku. Aku mencoba tetap berpikir positif agar saat aku maju ke panggung untuk menerima samir aku tidak melakukan kesalahan. Setelah menunggu agak lama, akhirnya giliranku untuk maju dan menerima samir yang diserahkan oleh guruku. Perasaanku sangat senang sekaligus terharu, tidak terasa sebentar lagi aku akan memasuki jenjang SMA. Setelah beberapa susunan acara selesai, aku dipanggil lagi ke depan untuk menerima penghargaan karena aku telah membuat Watermark KTP.

Hampir di penghujung acara aku mulai bersiap-siap menampilkan lagu Tanah Airku. Aku sedikit grogi, rasanya seperti semua mata tertuju padaku. Untung saja aku bisa mengatasi rasa grogiku dan penampilannya lancar. Acara wisudaku sudah hampir selesai, namun masih ada satu lagu lagi dari teman-teman bandku. Lagu ini seakan menjadi lagu wajib saat perpisahan, yaitu lagu Sampai Jumpa dari Endank Soekamti. Setelah acara ini selesai, aku berfoto-foto dengan teman-temanku, guru-guruku dan ibuku. Di satu sisi aku merasa senang bisa lulus, tapi di sisi lain aku merasa sedih harus berpisah dengan teman dekatku. Pasti aku akan merindukan suasana kebersamaan ini. Itulah pengalamanku selama duduk di bangku SMP, sekarang saatnya aku melangkah ke depan dan masuk ke jenjang SMA.

Terima kasih sudah membaca cerita panjangku ini, semoga kamu yang telah membaca suka! Jika kamu memiliki saran atau kesan, jangan sungkan untuk menyampaikannya kepadaku melalui halaman "Kontak" atau melalui Twitterku : @siriliuskevin

Sirilius Kevin
15 yo | Software Developer | Creator of Watermark KTP