Aku, mama, dan Mas Allan sedang berlibur ke homestay teman Mas Allan. Di cerita ini aku akan memanggil teman Mas Allan dengan sebutan "Mas Homestay". Saat itu aku sedang bosan, jadi aku mengajak mama untuk mengunjungi Mas Allan yang sedang menginap di homestay. Homestay-nya juga tidak terlalu jauh, sekitar setengah jam dari rumah.
Di sana sangat seru karena ada bayinya Mas Homestay, pastinya itu membuat mama sangat senang. Mama sangat menyukai bayi, makannya dia punya aku. Bayi itu sangat imut dan pintar sehingga cepat menangkap apa yang di ajarkan. Misalnya jika kita menyanyikan “topi saya bundar” maka dia akan memegang kepalanya dan menari. Tapi tergantung mood dia ya.
Entah kenapa bayi itu sering menatap ku. Apa mungkin ini karena ketampananku, atau karena bayi melihat muka aku seperti orang ngeden. Yang penting dia tidak nangis saat aku mendekatinya. Justru dia malah suka memperlihatkan barang-barangnya pada ku, seperti bando, sepatu, dan foto. Walau dia masih bayi, dia juga bisa dong menceritakan sesuatu walau hanya dengan ekspresi. Bayi itu kalau ketawa, bisa mengalahkan keimutannya Coco malahan.
Karena aku seringn bermain dengan Coco si anjing gila, jadi aku sering salah memanggil bayi itu. Aku pernah memanggilnya dengan “ckckck ayo sini!” Sekaligus dengan ekspresi tangan saat memanggil anjing. Untung aku tidak memanggil dengan keras saat itu. Ya kalian bayangin aja kalau aku memanggilnya dengan keras.
Saat malam tiba, Mbak Homestay (Istri Mas Homestay) mengajak kami ke sebuah tempat makan. Itu lumayan jauh dan bertepatan di bukit. Kami ke sana naik taxi online. Karena sudah agak malam dan lokasi homestay-nya agak di pedesaan, jadi agak sulit untuk mendapatkan taxi online-nya. Untung saja kami mendapatkan taxi.
Aku dan Mas Allan memiliki kebiasaan yang bagi ku seru. Yaitu melihati foto sang driver taxi online, terkadang lucu-lucu fotonya. Kalau tidak fotonya, ya namanya yang kami lihat. Kami tidak mengejek lah, justru membuat cerita dengan nama itu dan membuat lelucon. Walau ceritanya aneh, tapi kan seru. Maaf ya para driver yang sudah kami jadikan bahan candaan, kalian bejasa banget! Udah bikin aku dan Mas Allan ketawa.
Saat sesampainya di sana, tempat makannya sudah sepi dan beberapa menu sudah habis. Makanan di sana lumayan enak-enak, yang paling ku suka adalah jus alpukatnya. Karena aku suka jus alpukat hehe. Saat aku melihat hamparan lampu jogja dari ketinggian, itu meningkatkan selera makan ku.
Tapi sayang, Jogja kini telah padat penduduk, macet di mana-mana, sehingga banyak polusi. Mungkin juga beberapa budaya di sini mulai luntur. Maka dari itu kita sebagai generasi muda harus tetap melestarikan budaya-budaya itu. Mulai saja dari yang kecil-kecil seperti permisi saat berjalan di hadapan orang. Kami, orang jawa, biasanya mengatakan "ndherek langkung".
Oke kembali ke cerita. Tantangan sebenarnya adalah saat kita ingin pulang. Jalanan di sana sudah sangat sepi, hanya beberapa kendaraan yang lalu-lalang. Di restoran tentu tidak ada sinyal, tapi untung ada wifi. Kami tidak bisa mendapatkan taxi. Selain itu juga di sana sangat dingin, untung aku menggunakan hoodie terbaik ku, si Doraemon.
Setelah beberapa menit bingung, Mas Homestay memilih untuk minta bantuan saudaranya untuk menjemput kami dengan menggunakan mobil. Kami sudah membayangkan kalau benar-benar tidak ada yang bisa menjemput, pasti kami jalan kaki. Tapi kata Mbak Homestay di dekat situ ada pos polisi, jadi bisa minta tolong diantarkan.
Sekitar setengah jam kami menunggu, akhirnya saudara Mas Homestay datang dengan mobil. Jalanan sudah benar-benar sepi, sehingga kami bisa ngebut. Mobilnya sedan itu sangat enak dibawa ngebut. Sebelas duabelas sama naik di punggung Sonic.
Sesampainya di rumah, kami langsung segera bersih-bersih dan istirahat. Hari ini melelahkan tapi seru, apalagi bisa melihat Jogja seperti itu. Suatu hari nanti aku akan merasakan ini lagi!