Terjebak Di Jakarta

Setelah aku ketinggalan kereta, kini aku terjebak Di Jakarta karena Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB). Aku Di jakarta lebih banyak di rumah karena kalau keluar-keluar juga tidak baik disaat pandemi ini. Jam 8 pagi di sana seperti jam 12 siang Di Jogja, karena panas. Sebelum aku tidur pasti mandi dulu, kalau tidak tubuh ku merasa panas sekali.

Aku tinggal di rumah nenek bersama mama dan keluarga Pakdhe ku. Sejak aku kecil datang ke sini hingga sekarang, pohon melati di depan rumah masih tumbuh segar. Kata mama, itu adalah pohon kesayangan nenek aku. Makanan di sana enak-enak! Bagiku yang paling enak adalah bubur ayamnya, selain itu aku suka lontong sayur.

Di sana aku lebih sering di rumah, aku hanya bepergian ke beberapa tempat salah satunya ke makam nenek. Aku ke makam nenek 2 kali, yang pertama aku pergi dengan mama, pakdhe, budhe, sama sepupu ku yaitu Ridho. Kami kesana menaiki taksi online, aku merasa mual selama perjalanan karena bau mobilnya tidak enak. Tidak hanya aku tapi mama, pakdhe, budhe, dan Ridho juga merasa seperti itu.

Saat kami sudah sampai aku melihat pemakamannya sangat luas namanya adalah Pemakaman Tanah Kusir, banyak makam yang dihias dan membuatnya menjadi cantik. Walaupun itu tempat terakhir tubuh kita, tapi harus cantik lah! Agar keluarga kita yang berduka juga merasakan keindaahnya dan enak dilihat, makamnya ya bukan kematiannya.

Makam nenek dijadikan satu dengan makam kakek ku. Karena sedang musim hujan, makam nenek dan kakek yang masih terbuat dari tanah itu menjadi sedikit rusak. Kerusakannya seperti tanahnya terbawa air dan tumbuh rumput. Kami berdoa dan membersihkan makam nenek dan kakek, saat kami berdoa rasanya sangat sejuk padahal saat itu cuaca sedang panas sekali.

Saat kami dalam perjalanan pulang, di dalam mobil rasanya sangat tidak enak. Aku dan Ridho yang duduk bersebelahan merasa mual, ditambah mama dan budhe ku memetik bunga mawar dari pemakaman. Mama menyuruhku untuk membawanya, aku memangku bunga itu bersama Ridho karena bunga itu memang lumayan panjang.

Setelah kami sampai di rumah, mama dan budhe ingin membeli mie ayam. Aku jelas menyetujuinya, apalagi sedang agak mual seperti ini. Kami makan bersama-sama dan menghabiskan hari itu dengan berbincang-bincang.

Sirilius Kevin
15 yo | Software Developer | Creator of Watermark KTP